Selasa, 21 Juni 2016

Materi pembelajaran cerita pendek



Pengertian cerpen
 Cerpen adalah cerita pendek, jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek. Atau definisi cerpen yang lainnya yaitu merupakan karangan fiktif yang isinya sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh sja. Maksud dari cerita pendek disini ialah ceritanya kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata atau kurang dari 10 (sepuluh) halaman. Selain itu, cerpen hanya memberikan kesan tunggal yang demikian dan memusatkan diri pada satu tokoh dan satu situasi saja.
Struktur cerpen
Struktur teks cerpen dintaranya ada 6 (enam) bagian yaitu:
  • Abstrak – merupakan ringkasan ataupun inti dari cerita yang akan dikembangkan menjadi rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional yang artinya sebuah teks cerpen boleh tidak memakai abstrak.
  • Orientasi – adalah yang berkaitan dengan waktu, suasana, maupun tempat yang berkaitan dengan cerpen tersebut.
  • Komplikasi – Ini berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat, pada struktur ini kamu bisa mendapatkan karakter ataupun watak dari tokoh cerita sebab kerumitan mulai bermunculan.
  • Evaluasi – Yaitu struktur konflik yang terjadi yang mengarah pada klimaks mulai mendapatkan penyelesainya dari konflik tersebut.
  • Resolusi – Pada struktur bagian ini si pengarang mengungkapkan solusi yang dialami tokoh atau pelaku.
  • Koda – Ini merupakan nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari suatu teks ceriita oleh pembacanya.

Apakah itu cerpen?
Unsur intrinsik cerpen
A. Tema
Gagasan pokok yang mendasari dari sebuah cerita. Tema-tema pada umumnya yang terdapat dalam sebuah cerita biasanya dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita (tersurat) dan tidak langsung, dimana si pembaca harus bisa menyimpulkan sendiri (tersirat).
B. Alur (Plot)
Jalan dari cerita sebuah karya sastra. Secara garis besarnya urutan tahapan alur dalam sebuah cerita antara antara lain: perkenalan > mucul konflik atau permasalahan > peningkatan konflik – puncak konflik atau klimaks > penurunan konflik > penyelesaian.
C. Setting atau latar
Kalau setting sangat berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana dalam sebuah cerita tersebut.
D. Tokoh Atau Pelaku
Yaitu pelaku pada sebuah cerita. Setiap tokoh biasanya mempunyai watak , sikap, sifat dan juga kondisi fisik yang disebut dengan perwatakan atau karakter. Dalam cerita terdapat tokoh protagonis (tokoh utama dalam sebuah cerita), antagonis (lawan dari tokoh utama atau protagonis) dan tokoh figuran  (tokoh pendukung untuk cerita).
E. Penokohan (perwatakan)
Pemberian sifat pada tokoh atau pelaku cerita. Sifat yang telah diberikan akan tercermin pada pikiran, ucapan, serta pandangan tokoh terhadap sesuatu. Metode penokohan ada 2 (dua) macam diantaranya:
Metode analitik adalah metode penokohan yang memaparkan ataupun menyebutkan sifat tokoh secara langsung, misalnya seperti: penakut, sombong, pemalu, pemarah, keras kepala, dll.
Metode dramatik adalah suatu metode penokohan secara tidak langsung memaparkan atau menggambarkan sifat tokoh melalui: Penggambaran fisik (Misalnya berpakaian, postur tubuh, bentuk rambut, warna kulit, dll), penggambaran melalui percakapan yang dilakukan oleh tokoh lain, Teknik reaksi tokoh lain (berupa pandangan, pendapat, sikap, dsb).
F. Sudut Pandang (Point of View)
Adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Ada beberapa macam sudut pandang, diantaranya yaitu sudut pandang orang pertama (gaya bahasa dengan sudut pandang  “aku”), sudut pandang peninjau (orang ke-3), dan sudut pandang campuran. Sudut pandang sama juga dengan kata ganti orang. Secara umum, sudut pandang atau kata ganti orang dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Kata ganti orang pertama (orang yang berbicara):
  • Tunggal, yaitu ditandai oleh kata “aku , saya” dll.
  • Jamak, yaitu ditandai oleh “kata kami dan kita”.
2. Kata ganti orang kedua (orang yang dibicarakan)
  • Tunggal, yaitu ditandai oleh kata “kamu, engkau, saudara, ada, bapak,” dll.
  • Jamak, yaitu ditandai oleh kata “kalian”.
3. Kata ganti orang ketiga (orang yang dibicarakan)
  • Tunggal, yaitu ditandai oleh kata “Ia, dia, beliau,” dll.
  • Jamak, taitu ditandai oleh kata “mereka”.
G. Amanat atau pesan
Yaitu amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya kepada pembaca atau pendengar. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, dan sebagainya.
Unsur ekstrinsik cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur yang membentuk yang terdapat di luar cerpen itu sendiri(unsur yang berada di luar karya sastra). Unsur-unsur ekstrinsik dari cerpen tidak bisa terlepas dari keadaan masyarakat saat diman cerpen itu dibuat oleh si penulis. Unsur ini sangat memiliki banyak pengaruh pada penyajian amanat maupun latar belakang dari cerpen itu sendiri. Dibawah ini akan unsur ekstrinsik dari cerpen diantaranya:
A. Latar belakang masyarakat
Yaitu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat sangat lah berpengaruh besar terhadap terbentuknya sebuah cerita khususnya cerpen. Pemahaman itu bisa berupa pengkajian Ideologi negara, kondisi politik negara, kondisi sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi masyarakat.
B. Latar belakang pengarang
Ini bisa meliputi pemahaman kita terhadap sejarah hidup dan sejarah hasil karangan yang sebelumnya. Latar belakang pengarang biasanya terdiri dari:
  • Biografi, Ini berisikan mengenai riwayat hidup pengarang cerita, yang ditulis secara keseluruhan.
  • Kondisi psikologis, ini berisi mengenai pemahaman kondisi mood atau keadaan yang mengharuskan seorang pengarang menulis cerita atau cerpen.
  • Aliran Sastra, seorang penulis pastinya akan mengikuti aliran sastra tertentu. Ini sangatlah berpengaruh pada gaya penulisan yang dipakai oleh penulis dalam menciptakan sebuah karya sastra.
Berikut ini pengertian cerpen menurut beberapa ahli
Inilah beberapa Pengertian cerpen menurut para ahli, dapat kamu baca dibawah ini:
  • Menurut menurut, H.B. Jassin -Sang Paus Sastra Indonesia- mengatakan bahwa: yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, & penyelesaian.
  • Sedangkan menurut, A. Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa: yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500 – 20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, & adanya satu kesan.
  • Dan menurut, Aoh. KH, mendefinisikan bahwa: cerpen adalah salah satu ragam fiksi / cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek.
Ciri-ciri cerpen
  • Terdiri kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata.
  • Bentuk tulisan yang singkat tentunya lebih pendek dari Novel.
  • Isi dari cerita berasal dari kehidupan sehari-hari.
  • Penokohan dalam cerpen sangat sederhana.
  • Bersifat fiktif.
  • Hanya mempunyai 1 alur.
  • Habis dibaca sekali duduk.
  • Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami oleh pembaca.
  • Mengangkat beberapa peristiwa saja dalam hidup tidak seluruhnya.
  • Kesan dan pesan yang ditinggalkan sangatlah mendalam sehingga si pembaca ikut merasakan isi dari cerpen tersebut.
Contoh cerpen :
 Kupu-Kupu Ibu
Pada suatu hari Ning mengejar dua ekor Kupu-kupu yang indah hingga bertemu seorang perempuan yang sedang duduk di sebuah taman. Perempuan itu adalah perempuan yang pernah di ceritakan oleh ayahnya. Tetapi, perempuan itu tidak seperti apa yang di ceritakan ayahnya. Ayahnya menceritakan bahwa perempuan itu adalah perempuan bisu dan seperti penyihir. Namun, pada kenyataannya perempuan itu adalah perempuan yang cantik dan baik.

Setelah Ning bertemu Perempuan itu, ia pulang menceritakan kejadian itu kepada Ayahnya. Setelah mendengar yang diceritakan anaknya, Ayah Ning memberi alasan mengapa ia berkata bahwa Perempuan misterius itu adalah Perempuan yang bisu dan seperti penyihir. Orang-orang banyak menyebutnya bisu karena ia tidak pernah bicara kepada seorangpun di taman itu, hanya mengangguk tersenyum. Ayahnya berkata bahwa itu ia sengaja menceritakan itu ke Ning agar ia tidak pergi ke taman dekat sekolah setiap senja.

Ternyata Ning kembali menemui perempuan tersebut,di keesokan harinya setelah pulang sekolah. Perempuan itu pun memerintahkan Ning untuk pulang agar tidak di marahi oleh ayahnya. Perempuan itu berkata bahwa dia hanya ingin bermain dengan kupu-kupu yang sering menemaninya dan ia juga berkata bahwa Ning bisa bermain dengan Kupu-kupu lain yang lebih cantik dari Kupu-kupu di taman itu. Perempuan itu tidak mau Ning dijauhi oleh orang-orang karena pernah mengunjunginya.

Pada hari selanjutnya, ia pergi ke taman itu lagi untuk menemui perempuan tersebut,namun perempuan itu tidak ada di sana. Ia pulang dan menceritakan ke ayahnya. Ning takut kalau Perempuan itu marah kepadanya. Namun, Ning yakin Perempuan itu tidak mau bertemu dengannya karena alasan yang lain. Ia juga meminta ayahnya untuk mengantarkannya ke taman itu karena ia merindukan Perempuan itu dan kedua Kupu-kupu yang selalu menemaninya.







Selasa, 14 Juni 2016

makalah Penggunaan Makna Ameliorasi pada Artikel surat kabar Radar Tegal Edisi Selasa 24 Mei 2016



                                             

Penggunaan Makna Ameliorasi pada Artikel surat kabar Radar Tegal Edisi Selasa 24 Mei 2016
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kapita Selekta
diampu oleh Khusnul Khotimah, M.Pd


Disusun Oleh :
MAULIDIA YONA AGESTA
 NPM  1513500028




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERISTAS PANCASAKTI TEGAL
2016






BAB I
PENDAHULUAN

A.    LatarBelakang
Pendidikan Bahasa Indonesia ini dapat diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang melintasi jalur lalu lintas di jalan bebas hambatan . Betapa tidak, pada satu sisi dunia pendidikan Bahasa Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar. Dari aspek kualitas, pendidikan Bahasa Indonesia kita memang memprihatinkan  dibanding dengan kualitas pendidikan bangsa lain.
            Pada Bahasa Indonesia terdapat pembelajaran semantik, yang dikhususkan pada tingkat Perguruan Tinggi. Menurut Chaer (2009:2) semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang berada pada tataran makna. Kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Semantik membahas tentang makna, dan didalam makna terdapat perubahan atau pergeseran makna.Macam-macam perubahan  makna ada 6, salah satunya yaitu makna ameliorasi.
            Penggunaan makna ameliorasi dapat ditemukan di berbagai wacana, salah satunya pada wacana artikel surat kabar Radar Tegal Edisi Selasa, 24 Mei 20016. Dalam artikelt ersebut terdapat penggunaan makna ameliorasi yang mempunyai manfaat untuk memperbaiki atau meninggikan makna yang ada pada artikel  Radar Tegal.
            Dengan demikian, penulis tertarik untuk menganalisis makna Ameliorasi pada artikel surat kabar Radar Tegal Edisi Selasa, 24 Mei 2016.


B.     Rumusan Masalah

1.      Apa manfaat penggunaan makna ameliorasi pada artikel surat kabar Radar Tegal?
2.      Bagaimana perkembangan makna Ameliorasi pada artikel surat kabar Radar Tegal?
3.      Bagaimana analisis makna ameliorasi pada artikel surat kabar Radar Tegal?

C.    Tujuan Penelitian

1.      Mengetahui manfaat penggunaan makna ameliorasi pada artikel surat kabar Radar Tegal.
2.      Mengetahui perkembangan makna ameliorasi pada artikel surat kabar Radar Tegal.
3.      Mengetahui analisis makna ameliorasi pada artikel surat kabar Radar Tegal.

D.    Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini digunakan untuk memahami bidang kajian semantik, khususnya mengenai makna ameliorasi.
2.      Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan-wawasan pembaca mengenai jenis dan fungsi makna khususnya makna ameliorasi, yang terdapat di perguruan tinggi. Dalam pembelajaran Bahasa, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai pemahaman sebuah makna ameliorasi.

BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Kajian Semantik
a.      Pengertian Semantik
Sebaga ialat komunikasi verbal Bahasa merupakan suatu sistem lambing bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, tidak ada hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai yang berwujud kata atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu referen dari kata tersebut. Makna sebagai objek studi semantik sangat tidak jelas strukturnya. Berbeda dengan morfologi dan sintaksis yang strukturnya jelas dan mudah dianalisis. Sejak enam puluhan, studi makna ini menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari studi linguistik lainnya, karena kegiatan berbahasa adalah kegiatan mengekspresikan lambang-lambang Bahasa untuk menyampaikan makna-makna yang ada pada lambang tersebut kepada lawan bicaranya.
Kata semantik dalam Bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari Bahasa Yunani sema (kata bendayang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda disini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistic (Prancis: signelinguistique) seperti yang dikemukakan oleh Saussure dalam Chaer (2009:2), yaitu terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu.
Abdul Chaer (2009:2) mengemukakan bahwa kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah  satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dansemantik. Selain istilah semantik dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang. Namun, istilahsemantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik karena istilah-istilah yang lain yaitu mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakup makna-makna tanda atau lambang pada umumnya.
Dalam analisis semantik harus juga disadari karena bahasa itu bersifat unik, dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya maka analisis semantik suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain. Seperti kata ikan dalam bahasa Indonesia merujuk pada jenis  binatang yang hidupdalam air dan biasa dimakan sebagai lauk; dan dalam bahasa inggris sepadan dengan fish.Tetapi kata iwak dalam bahasa jawa bukan hanya berarti ikan atau fish, melainkan juga berarti daging yang digunakan juga sebagai lauk, teman pemakan nasi. Malah semua lauk seperti tempe dan tahu  sering di sebut iwak.
Kesulitan dalam menganalisis makna adalah adanya  kenyataan bahwa tidak selalu “yang menandai” dan “yang ditandai” berhubungan sebagai salah satu. Artinya, setiap tanda linguistik hanya memiliki satu makna. Adakalanya hubungan itu berlaku sebagai satu lawan dua atau lebih; bisa juga sebagai dua atau lebih lawan satu.

b.      Jenis Semantik
Bahasa memiliki tataran-tataran analisis, yaitu fonologi, morfologi, dan sintaksis maka persoalan kita sekarang adalah bagian-bagian mana dari tataran analisis itu yang mengandung masalah semanik, atau yang memiliki persoalan makna.
Verhaar dalam Chaer (2009:7) mengemukakan bagan cakupan studi semantik, di dalam bagan tersebut terdapat semantik bahasa yang dibagiatas: tatabahasa (gramatika), fonologi(fonemik), fonetik, leksikon. Kedudukan serta objek studi semantik, yaitu makna dalam keseluruhan sistematika bahasa. Tidak semua tataran bahasa memiliki masalah semantik. Leksikon dan morfologi memiliki, tetapi fonetik tidak. Pada tataran fonetik yaitu bidang studi yang mempelajari bunyi tanpa memerhatikan fungsi bunyi itu sebagai pembeda makna, tidak ada semantik karena fon yang menjadi satuan dari fonetik tidak memiliki makna. Pada tataran fonologi pun tidakada semantik karena, walaupunfonem yang menjadi satuan dalam studi fonemik mempunyai fungsi untuk membedakan makna kata, tetapi fonem itu sendiri tidak bermakna. Selanjutnya, pada tataran bahasa dibagi menjadi dua subtataran, yaitu morfologi dan sintaksis.Satuan-satuan morfologi, yaitu moorfemm dan kata, maupun satuan sintaksis yaitu kataa, frase, klausa, dan kalimat ada maknanya. Oleh karena itu, pada tataran ini ada masalah-masalah semantik yang disebut semantk gamatikal karena objek studinya makna-makna gramatikal dari tataran tersebut.
Ada satu lagi jenis semantik yang dikemukakan oleh Verhaar dalam Abdul Chaer (2009:10) yakni semantik maksud, semantik maksud berkenaan dengan pemaak aian bentuk-bnttuk gaya bahasa seperti metafora, ironi, liots dan sebagainya. Misalnya, kalau seorang ayah, setelah meihat angka-angka dalam buku rapor anaknya “Rapormu bagus sekali Nak”. Tentu maksudnya bukan memuji, melainkan sebaliknya, mengejek dan marah.

c.       Semantik dalam Studi Linguistik
Studi linguistik bidang semanttik agak diterlantarkan atau kung mendapatkan perhatian. Ini bukan berarti tidak ada kegiatan sama sekali mengenai semantik itu didalam sejarah studi bahasa. Menurut Ferdinand de Saussure dalam buku Abdul Chaer (2009:14) studi linguistik harus difokuskan pada keberadaan bahasa itu pada waktu tertentu. Maka pendekatannya harus sinkronis dan sudina harus deskriptif.
B.     Pengertian Makna ameliorasi
Menurut saussure dalam Chaer (2009:29) setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan, sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari suatu tanda bunyi, (2) yang mengartikan, daklain dari bunyi-bunyiitu, yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Kedua unsur ini adalah unsur dalam-bahasa (intralingual) yang bisanya merujuk kepada sesuatu rerferern yang merupakan unsur luar-bahasa (erkstralingual).
Menurut Tjiptadi dalam susanto (2013:1) Makna adalah arti dari maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu.
Dalam makna terdapat perubahan makna, ada beberapa faktor dalam perubahan makna diantraranya :
1.      Perkembangan dalam ilmu dan teknologi
2.      Perkembangan sosial dan budaya
3.      Perbedaan bidang pemakaian
4.      Adanya asosiasi
5.      Pertukaran Tanggapan Indra
6.      Perbedaan tanggapan
7.      Adanya penyingkatan
8.      Proses gramatikal
Menurut Chaer (2009:143) mengungkapkan bahwa, pada awalnya makna ini (ameliorasi) kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif dan menguntungkan. Dalam pembicaraan mengenai penghalusan ini kita berhadapan dengan gejala atau bentuk-bentuk yang dianggap makna yang lebih halus atau lebih sopan dari pada yang digantikan. Kecenderungan unttuk menghaluskan makna kata tampaknya merupakan gejala umum dalam masyarakat bahasa Indonesia. Misalnya kata penjara atau bui diganti dengan kata atau ungkapan yang maknanya dianggap lebih halus yaitu Lembaga pemasyarakatan, kata pemecatan (dari pekerjaan) diganti dengan PHK, dan lain sebagainya. Gejala penghalusan makna ini bukan barang baru dalam masyarakat indonesia. Orang-orang dulu yang karena kepercayaan atau sebab-sebab lainnya akan mengganti kata buaya atau harimau dengan kata nenek, mengganti kata ular degan kata akar. Lalu, pada tahun lima puluhan pun banyak usaha dilakukan untk penghusan ini. Misal kata buta diganti dengan tuna netra, dan lain sebagainya.













BAB III
PEMBAHASAN

A.    Manfaat Penggunaan Makna Ameliorasi pada Artikel surat kabar Radar Tegal

Pembelajaran  semantik membahas tentang makna, didalamnya terdapat jenis-jenis perubahan makna. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna. Faktor-faktor tersebut tentunya mempunyai manfaat atau efek tersendiri pada makna. Makna Ameliorasi atau peninggian makna, termasuk salah satu jenis perubahan makna.
Pada artikel surat kabar Radar Tegal terdapat beberapa makna ameliorasi yang mempunyai manfaat untuk memperhalus atau meninggikan makna pada artikel tersebut. Seperti pada salah satu artikel surat kabar Radar Tegal terdapat penggunaan makna ameliorasi :  Kata “gadis” sudah mengalami makna ameliorasi dari makna sebelumnya, yaitu “perawan”. Kata “gadis” lebih tinggi nilai maknanya dibanding “perawan”. Dengan demikian, manfaat penggunaan makna ameliorasi pada artikel surat kabar Radar tegal yaitu untuk memperhalus makna baru dari makna sebelumnya.
Dan manfaat penggunaan makna ameliorasi pada artikel surat kabar Radar Tegal lainnya, yaitu agar pembaca lebih paham tentang artikel surat kabar Radar Tegal yang ditulis dengan bahasa yang santun, memberikan nilai tinggi untuk penulisan artikel surat  kabar Radar Tegal.





B.     Perkembangan Makna Ameliorasi pada Artikel surat kabar Radar Tegal
Bahasa adalah bagian dari masyarakat. Masyarakat merupakan manusia yang selalu berubah dan mengikuti zamannya. Semakin berkembangnya manusia, berkembang pula bahasanya, karena pertumbuhan dan perkembangan penggunaan bahasa kata-kata tertentu mengalami perkembangann dn perubahan makna.
Pergeseran atau perubahan makna terjadi juga karena perkembangan  ilmu, teknologi, dan budaya masyarakat pemakainya. Pada awalnya kata ini memiliki makna kurang baik, kurang sopan, tetapi pada akhirnya mengandung makna yang baik. Misalnya : wanita, istri, pria, dan lain sebagainya. Menurut Stephen Ullman (2009:287) perkembangan ameliorasi kurang memperoleh perhatian dibanding dengan peyoratif, dan Ameliorasi dapat digolongkan menjadi dua golongan. Golongan pertama mencakup hal-hal dimana peningkatannya benar-benar negatif.
Hal ini terjadi dengan  suatu proses pelemahan, suatu kata dengan makna yang tidak mengenakan akan kehilangan atau berkurang cap jeleknya. Ada pula kasus peningkatan yang positif bagi makna, ini dapat muncul oleh suatu hubungan gagasan-gagasan yang sederhana saja.Menurut Stephen Ullman (2009:287) perkembangan ameliorasi lainnya yaitu karena faktor-faktor sosial, sesuatu yang kasar atau rendah dapat secara perlahan-lahan meningkat menjadi berprestise dan bahkan bisa sampai puncak.
Hal ini sama halnya pada perkembangan maka ameliorasi pada artikel surat kabar Radar Tegal yang perlahan-lahan mengalami perbaikan makna dari makna sebelumnya, walaupun penggunaan makna ameliorasi hanya beberapa wacana pada artikel surat kabar Radar Tegal, akan tetapi sudah membuktikan perkembangan makna amliorasi pada penulisan artikel surat kabar Tegal dari hari ke hari mulai baik dalam pemilihan maknanya.
C.     Analisis Makna Ameliorasi pada Artikel surat kabar Radar Tegal

Hasil peneitian makna ameliorasi pada wacana artikelsurat kabar Radar Tegal Edisi Selasa, 24 Mei 2016.

1.      Pada artikel surat kabar Radar Tegal, yang berjudul “pemerkosaan” mempunyai makna ameliorasi, seperti :
a)      Kata “wanita” sudah mengalami proses ameliorasi dari makna sebelumnya yaitu “perempuan”.
Kata “wanita” lebih  tinggi  nilai maknanya dibanding “perempuan”
b)      Kata “gadis” sudah  mengalami proses ameliorasi dari makna sebelumnya yaitu “perawan”.
Kata “gadis” lebih tinggi nilai maknanya dibanding “perawan”
c)      Kata “mutilasi” sudah mengalami proses ameliorasi dari makna sebelumnya yaitu “potongan tubuh”
Kata “mutilasi” lebih  tinggi niai maknanya dibanding “potongan tubuh”
d)     Kata “hamil” sudah mengalami proses ameliorasi dari makna sebelumnya yaitu “bunting”
Kata “hamil” lebih tinggi nilai maknanya dibanding “bunting”
2.      Pada artikel surat kabar Radar  Tegal yang berjudul “Bangkitlah Indonesiaku” mempunyai makna ameliorasi, seperti :
a)      Kata “Tewas” sudah mengala proses ameliorasi dari makna sebelumnya yaitu “mati”
Kata “Tewas” lebih tinggi nilai maknanya dibanding “mati”
b)      Kata “Jenazah” sudah mengalami proses ameliorasi dari makna sebelumnya yaitu “mayat”
Kata “Jenazah” lebih tinggi nilai maknanya dibanding “mayat”
c)      Kata ”Gulung Tikar” sudah mengalami proses ameliorasi dari makna sebelumnya yaitu “bangkrut”
Kata “Gulung tikar” lebih tinggi maknanya dibanding “bangkrut”
3.      Pada artikel surat kabar radar Tegal, yang berjudul “Cagar Budaya Kurang Pagar” mempnyai makna ameliorasi, seperti :
a)      Kata “pidana” sudah mengalami proses ameliorasi dari makna sebelumnya yaitu “kejahatan atau kriminal”
Kata “pidana” lebih tinggi nilai maknanya dibanding “kejahatan”.

















BAB IV
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan hasil analisis tersebut,  artikel pada surat kabar Radar Tegal Edisi Selasa, 24 Mei 2016, terdapat beberapa penggunaan makna ameliorasi dalam setiap wacana artikel surat kabar Radar Tegal. Menurut Chaer (2009:143) mengungkapkan bahwa, pada awalnya makna ini (ameliorasi) kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif dan menguntungkan. Sama halnya pada artikel surat  kabar Radar Tegal, yang dalam analisisnya perlahan-lahan ada perubahan  maknanya dari yang memburuk menjadi membaik. Penghalusan makna ini bertujuan untuk memperbaiki makna sebelumnya, memberikan   nilai tinggi  pada penulisan artikel wacana.Jadi dalam penelitian inil ebih menekankan pada penggunaan makna amelorasi dalam artikel surat kabar yang menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dan mudah dimengerti oleh pembaca.


B.     Saran
Dari simpulan hasil penelitian diatas, maka penulis berharap agar hasil penelitian tentang pergeseran makna khususnya makna ameliorasi (peninggian makna) yang penulis paparkan diatas dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan juga bisa menambah wawasan kita tentang makna.
Kemudian penulis juga menghrapkan motivai dan partisipasi dari semua pihak unuk memberikan kritik dan saran yang membangun guna sebagai penyempurnaan hasil penelitian penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, abdul.2009.Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta:Rineka Cipta

Susanto,hadi.2013.Jenis-jenis makna dan perubahannya. https://baganawabiyasa.wordpress.com/2013/05/31/jenis-jenis-makna-dan-perubahannya/ .27 Mei 2016

Ullman,stephen.2009.Pengantar Semantik.Yogyakarta:Pustaka Belajar